Ternyata Kode Pos Bisa Memprediksi Risiko Demensia! Ini Penjelasan Ilmiahnya

20 Oktober 2025 15:05
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Temuan ini diharapkan dapat membuka mata pembuat kebijakan dan masyarakat luas bahwa kesehatan otak juga bergantung pada kesejahteraan lingkungan tempat kita tinggal.

Sahabat.com - Sebuah penelitian terbaru dari Wake Forest University School of Medicine menemukan fakta mengejutkan: kode pos tempat tinggal Anda bisa berpengaruh pada kesehatan otak dan risiko demensia. Studi ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial, ketidakadilan lingkungan, dan kerentanan ekonomi ternyata meninggalkan “jejak” yang dapat dideteksi di otak manusia.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Alzheimer’s & Dementia: Behavior & Socioeconomics of Aging ini menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di wilayah dengan tingkat kerentanan sosial tinggi, ketimpangan lingkungan, serta kesulitan ekonomi cenderung memiliki perbedaan struktur dan fungsi otak yang dapat meningkatkan risiko demensia.

Menurut Timothy Hughes, Ph.D., profesor gerontologi di Wake Forest University dan penulis senior studi ini, “Hasil penelitian ini sejalan dengan bukti lain yang menunjukkan bahwa kondisi sosial di lingkungan tempat tinggal seseorang dapat memengaruhi kesehatan otaknya secara mendalam.”

Tim peneliti menganalisis data dari 679 orang dewasa yang ikut serta dalam Healthy Brain Study di Wake Forest Alzheimer’s Disease Research Center. Setiap peserta menjalani pemindaian otak dan tes darah untuk mendeteksi tanda awal penyakit Alzheimer dan demensia terkait. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan tiga alat penilaian nasional berdasarkan kode pos: Area Deprivation Index, Social Vulnerability Index, dan Environmental Justice Index.

Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi skor pada indeks tersebut — yang berarti semakin berat beban sosial dan lingkungan di suatu daerah — semakin besar pula perubahan pada biomarker otak yang berkaitan dengan demensia. Perubahan ini termasuk penipisan lapisan luar otak, perubahan pada materi putih akibat penyakit pembuluh darah, aliran darah yang menurun, hingga sirkulasi otak yang tidak merata. 

Menariknya, efek ini paling kuat terlihat pada peserta berkulit hitam yang tinggal di lingkungan dengan kerentanan sosial tertinggi.

Menurut Sudarshan Krishnamurthy, kandidat M.D.-Ph.D. sekaligus penulis utama penelitian, “Studi ini menjadi salah satu yang pertama menghubungkan berbagai faktor sosial berbasis lokasi dengan penanda biologis demensia tingkat lanjut.” 

Ia menambahkan bahwa akses terhadap udara bersih, perumahan yang aman, makanan bergizi, dan peluang ekonomi dapat meninggalkan dampak jangka panjang pada kesehatan otak.

Penelitian ini menegaskan bahwa demensia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik atau gaya hidup individu, tetapi juga oleh sistem sosial dan ekonomi di sekitar kita. 

“Jika kita benar-benar ingin meningkatkan kesehatan otak di seluruh komunitas,” ujar Krishnamurthy, “kita harus melihat lebih luas dari sekadar pilihan pribadi dan fokus pada struktur sosial yang membentuk kesehatan di tingkat lingkungan.”

Temuan ini diharapkan dapat membuka mata pembuat kebijakan dan masyarakat luas bahwa kesehatan otak juga bergantung pada kesejahteraan lingkungan tempat kita tinggal. Dari udara yang kita hirup hingga kesempatan ekonomi di sekitar, semuanya berperan penting dalam menjaga fungsi otak tetap optimal.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment