Terobosan Pengobatan Kanker Ovarium Beri Harapan Baru

06 November 2024 12:33
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Salah satu kemajuan besar dalam pengobatan kanker ovarium adalah terapi terarah yang secara spesifik menyerang sel-sel kanker tanpa merusak sel sehat.

Sahabat.com - Ovarian cancer, yang mencakup kanker epitel ovarium, tuba falopi, dan kanker peritoneal primer, merupakan penyakit yang menantang dan sering kali agresif. Meskipun pengobatan tradisional lebih banyak fokus pada operasi dan kemoterapi, perkembangan baru yang menggembirakan memberikan harapan baru bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker ini.

Salah satu kemajuan besar dalam pengobatan kanker ovarium adalah terapi terarah yang secara spesifik menyerang sel-sel kanker tanpa merusak sel sehat. Dua pendekatan yang menjanjikan adalah antibodi monoklonal dan penghambat PARP. Antibodi monoklonal, seperti bevacizumab, adalah molekul rekayasa yang menempel pada protein di sel kanker itu sendiri. 

Bevacizumab, yang dikombinasikan dengan kemoterapi, mencegah pertumbuhan pembuluh darah yang diperlukan untuk perkembangan tumor. Baru-baru ini, FDA menyetujui mirvetuximab soravtansine, antibodi monoklonal yang menempel pada reseptor yang melimpah pada sel kanker ovarium. Pendekatan "rudal berpemandu" ini mengirimkan kemoterapi langsung ke sel kanker, yang dapat menggandakan tingkat respons pada beberapa pasien.

Selain itu, penghambat PARP, seperti olaparib, juga menjadi inovasi penting. Obat ini menghambat mekanisme perbaikan DNA pada sel kanker, yang mengarah pada kematian sel. Olaparib sangat efektif bagi pasien dengan mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, yang dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup tanpa kekambuhan. Sebagai pengobatan lini pertama, obat ini menjadi bagian dari terapi awal untuk pasien yang baru didiagnosis dengan mutasi gen tersebut.

Penelitian juga terus berkembang dalam bidang imunoterapi, dengan harapan suatu hari nanti vaksin dapat digunakan untuk mencegah kekambuhan kanker ovarium. Di Mayo Clinic, para ilmuwan tengah mengembangkan vaksin yang dirancang untuk melatih sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang sel-sel kanker ovarium. 

Vaksin ini, yang dipadukan dengan pembrolizumab—obat yang memperkuat respons imun—dapat menargetkan sel kanker yang sulit diatasi. Kombinasi ini menjadi frontier yang menarik dalam penelitian kanker ovarium, memberikan kemungkinan baru untuk menjaga penyakit ini tetap terkendali.

Saat ini, belum ada tes skrining yang dapat mendeteksi kanker ovarium secara rutin, tetapi peneliti seperti Dr. Jamie Bakkum-Gamez sedang menjajaki metode inovatif. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah dengan mengidentifikasi penanda DNA metilasi dalam cairan vagina yang dikumpulkan menggunakan tampon, yang dapat menunjukkan adanya kanker. Meskipun masih dalam pengembangan, teknik ini berpotensi menghasilkan tes skrining berbasis rumah yang dapat mempermudah deteksi dini, terutama di daerah pedesaan.

Bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker ovarium, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli onkologi ginekologi mengenai uji klinis. Partisipasi dalam uji klinis memberikan akses ke pengobatan mutakhir, yang bisa menjadi penyelamat hidup jika kanker kambuh. Terapi-terapi baru ini, mulai dari obat-obatan terarah hingga vaksin yang berpotensi, menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pengobatan kanker ovarium, dan memberikan harapan bagi masa depan yang lebih baik.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment