Terpecahkan! Misteri 25 Tahun Penyakit Crohn Akhirnya Terungkap Berkat Kecerdasan Buatan

29 Oktober 2025 14:08
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Peneliti UC San Diego menggunakan kecerdasan buatan untuk memahami bagaimana sel imun di usus memutuskan antara melawan infeksi atau menyembuhkan jaringan.

Sahabat.com - Selama lebih dari dua dekade, para ilmuwan berdebat tentang bagaimana gen pertama yang dikaitkan dengan penyakit Crohn bekerja dalam tubuh manusia. Kini, tim dari University of California San Diego (UCSD) berhasil memecahkan teka-teki tersebut berkat perpaduan antara kecerdasan buatan (AI) dan biologi molekuler.

Penyakit Crohn, salah satu bentuk radang usus kronis (IBD), terjadi ketika keseimbangan sistem imun di usus terganggu. Biasanya, ada dua jenis sel makrofag di dalam tubuh — yang satu berfungsi melawan infeksi, sedangkan yang lain memperbaiki jaringan rusak. Ketika keseimbangan ini kacau, terjadilah peradangan kronis yang menyakitkan.

Tim UCSD menggunakan teknologi machine learning untuk menganalisis ribuan pola gen dalam jaringan usus yang terinfeksi dan yang sehat. Dari penelitian itu, mereka menemukan 53 gen yang membedakan makrofag “petarung” dan “penyembuh”. 

Salah satu gen penting bernama NOD2 ternyata berperan besar dalam mengatur cara kerja sistem imun usus.

Lebih lanjut, gen NOD2 ini bekerja sama dengan protein bernama girdin. Saat keduanya saling terikat, tubuh bisa menetralkan mikroba berbahaya dan menjaga keseimbangan sistem imun. 

Namun, mutasi gen NOD2 yang umum ditemukan pada penderita Crohn justru menghilangkan bagian penting yang dibutuhkan untuk berikatan dengan girdin. Akibatnya, sistem imun kehilangan kontrol dan peradangan pun tak terbendung.

“NOD2 adalah sistem pengawasan tubuh terhadap infeksi,” jelas Dr. Pradipta Ghosh, profesor kedokteran seluler dan molekuler di UCSD. 

“Tanpa kerja sama dengan girdin, sistem ini gagal total.”

Penelitian lanjutan pada tikus membuktikan hal ini. Tikus tanpa protein girdin mengalami ketidakseimbangan mikrobioma dan peradangan berat di usus, bahkan beberapa mati akibat sepsis.

“Usus ibarat medan perang, dan makrofag adalah penjaga perdamaian,” ujar Dr. Gajanan D. Katkar, salah satu penulis utama studi ini. 

“Dengan bantuan AI, kami akhirnya bisa melihat dengan jelas siapa pemain di dua sisi yang berlawanan.”

Temuan ini tak hanya menyelesaikan perdebatan panjang dalam dunia medis, tetapi juga membuka peluang terapi baru yang menargetkan hubungan antara NOD2 dan girdin — potensi besar menuju penyembuhan penyakit Crohn di masa depan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment