Terungkap! Kerusakan ‘Pusat Kontrol Otak’ Jadi Biang Gejala Long-Covid yang Tak Kunjung Hilang

16 Oktober 2025 17:32
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Temuan ini diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Cambridge dan Universitas Oxford, menggunakan pemindai MRI ultra-presisi 7 Tesla yang mampu melihat otak hidup dengan detail sangat tinggi.

Sahabat.com - Siapa sangka, efek Covid-19 yang parah tidak hanya menyerang paru-paru, tapi juga meninggalkan jejak kerusakan di otak bagian batang otak (brainstem) — pusat pengendali utama tubuh manusia. 

Temuan ini diungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Cambridge dan Universitas Oxford, menggunakan pemindai MRI ultra-presisi 7 Tesla yang mampu melihat otak hidup dengan detail sangat tinggi.

Penelitian ini memindai otak 30 pasien yang dirawat karena Covid-19 berat di awal pandemi, sebelum vaksin tersedia. Hasilnya menunjukkan bahwa infeksi Covid-19 menyebabkan kerusakan dan peradangan di area batang otak yang berhubungan dengan sesak napas, kelelahan, dan kecemasan. 

Temuan ini menjadi bukti kuat bahwa efek jangka panjang Covid bukan hanya karena virus itu sendiri, tapi juga akibat respons imun tubuh yang berlebihan.

Menurut Dr. Catarina Rua dari Departemen Ilmu Saraf Klinis Universitas Cambridge, “Batang otak adalah pusat kendali penting yang menghubungkan kesadaran kita dengan tubuh. Sekarang, dengan pemindaian resolusi tinggi, kita bisa benar-benar melihat bagaimana Covid-19 mengubah bagian otak ini.”

Batang otak sendiri berfungsi sebagai pengatur berbagai sistem vital seperti detak jantung, tekanan darah, rasa sakit, dan pernapasan. Karena posisinya yang kecil dan tersembunyi, bagian ini sangat sulit dipindai pada manusia hidup — dan biasanya hanya bisa diamati lewat otopsi. 

Namun, dengan teknologi baru MRI 7T, tim ilmuwan akhirnya dapat melihat tanda-tanda peradangan di area medulla oblongata, pons, dan midbrain yang tetap ada bahkan berminggu-minggu setelah pasien sembuh dari infeksi awal.

“Fakta bahwa kami menemukan kelainan di bagian otak yang mengontrol pernapasan menunjukkan bahwa gejala jangka panjang seperti sesak napas dan kelelahan merupakan akibat dari peradangan di batang otak,” jelas Dr. Rua. 

Ia menambahkan bahwa temuan ini tidak dipengaruhi oleh usia atau jenis kelamin pasien, namun paling jelas terlihat pada penderita Covid-19 yang mengalami gejala berat.

Selain gangguan fisik, studi ini juga menemukan hubungan antara kerusakan batang otak dengan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. 

Menurut Profesor James Rowe, rekan peneliti utama, “Kesehatan mental sangat erat kaitannya dengan kesehatan otak. Pasien dengan respons imun paling kuat justru menunjukkan tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi.”

Para ilmuwan berharap temuan ini dapat membantu dunia medis memahami lebih dalam bagaimana Covid-19 memengaruhi otak dan tubuh dalam jangka panjang, sekaligus membuka peluang pengobatan baru bagi penderita Long-Covid. 

Teknologi MRI 7T diharapkan juga bisa digunakan untuk menilai penyakit otak lain yang disebabkan oleh peradangan seperti multiple sclerosis (MS) dan dementia.

Dr. Rua menambahkan, “Penelitian ini adalah hasil kolaborasi luar biasa di masa tersulit pandemi. Kami berhasil memindai pasien yang sangat sakit dan menular, sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. Ini membuka jalan baru untuk memahami efek neurologis Covid-19.”

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Brain ini menjadi tonggak penting dalam memahami mengapa sebagian orang terus mengalami kelelahan, sesak napas, dan gangguan mood berbulan-bulan setelah sembuh dari Covid-19. 

Hasilnya memberikan harapan bahwa dengan mempelajari kerusakan di “pusat kontrol” tubuh ini, dokter bisa menemukan cara baru untuk membantu pasien Long-Covid kembali pulih sepenuhnya.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment