Sahabat.com - Sahabat, pernah nggak sih kalian belanja makanan bayi di supermarket, lalu merasa lega karena sudah memilih yang “terbaik” untuk si kecil?
Bungkusnya lucu, ada klaim “no added sugar”, “baik untuk imun”, atau “bikin bayi bahagia”.
Tapi ternyata, hasil review terbaru justru bikin kita harus mikir dua kali.
Dalam kajian besar yang diterbitkan di Maternal & Child Nutrition, para peneliti menelusuri ribuan produk makanan bayi yang beredar di negara-negara maju selama lima tahun terakhir. Dan hasilnya?
Hampir semua makanan bayi kemasan yang kita kira sehat itu justru didominasi oleh puree yang terlalu halus, manis berlebihan, dan kurang variasi tekstur maupun rasa. Bahkan setengah dari produk yang diteliti hanya berupa bubur super lembut yang dijual dalam pouch praktis. Padahal, tekstur penting banget untuk bantu bayi belajar mengunyah, ngomong, dan menguatkan otot wajah.
Coba bayangkan: puree buah dalam pouch yang dijual sebagai “rasa pertama si kecil” ternyata bisa mengandung gula lebih banyak dari donat! Data gabungan dari beberapa studi menunjukkan bahwa kadar gula total dalam puree bisa mencapai 10,4 gram per 100 gram, dan dalam snack bayi bahkan sampai 20,3 gram.
Bandingkan dengan ambang batas “rendah gula” versi NHS Inggris yang cuma 5 gram. Dan nggak cuma dari gula alami loh, banyak juga yang ditambah pemanis buatan seperti konsentrat jus buah. Di Australia, 90% sereal bayi mengandung gula tambahan. Ngeri banget, kan?
Peneliti juga menemukan fakta mencengangkan: sekitar 18% produk yang diteliti adalah snack—padahal bayi di bawah usia satu tahun nggak butuh snack di antara waktu makan. Tapi karena bungkusnya lucu dan dijual sebagai “finger food pertama bayi”, banyak orang tua langsung tertarik. Apalagi kalau ditambah embel-embel “tanpa tambahan gula” atau “mendukung kekebalan tubuh”.
Peneliti bilang, “Kami menemukan produk dengan hingga enam klaim berbeda hanya di satu kemasan.”
Bahkan di Inggris, hampir sepertiga produk menyelipkan kata-kata manis seperti “happy tummies” yang jelas menyentuh sisi emosional para orang tua.
Salah satu peneliti bilang, “Orang tua memilih karena percaya merek tertentu, praktis dibawa bepergian, dan karena takut anak tersedak.”
Jadi bukan cuma soal nutrisi, tapi juga rasa aman yang dijual oleh produsen makanan bayi.
Tapi sayangnya, kepercayaan itu sering nggak sejalan dengan panduan kesehatan dari WHO yang menyarankan makanan rumahan yang bervariasi sejak usia enam bulan.
Bahkan lembaga kesehatan seperti SACN dan PHE Inggris menilai makanan bayi kemasan sebenernya nggak perlu. Tapi pasar terus tumbuh, mencapai nilai fantastis 53,7 miliar dolar AS pada 2024!
Lebih dari itu, rasa pahit seperti dari sayur hijau hampir nggak ada dalam produk-produk ini. Yang dominan justru rasa manis dari buah dan umbi-umbian. Padahal paparan rasa pahit penting agar anak nggak jadi picky eater di kemudian hari. Dan soal tekstur? Lagi-lagi terlalu halus.
Produk snack juga cenderung punya tekstur monoton seperti puff, biskuit nasi, atau snack yang dilapisi yogurt—minim tantangan buat otot rahang dan gigi.
Kesimpulannya? Makanan bayi kemasan ini belum sejalan dengan pedoman kesehatan masa kini. Masih kebanyakan gula, kurang variasi rasa dan tekstur, serta terlalu mengandalkan slogan yang manis di kemasan. Memang, orang tua membelinya karena alasan praktis dan keamanan, tapi kalau ingin si kecil tumbuh dengan kebiasaan makan sehat, kita butuh lebih dari sekadar janji di label. Saatnya mendorong perubahan—baik dari produsen maupun regulasi—agar bayi kita bisa mengenal makanan yang sesungguhnya sejak dini.
0 Komentar
Obat Kanker Payudara yang Menyelamatkan Nyawa Ternyata Punya Efek Samping Langka Tapi Serius
Ternyata ASI Punya Jam Alami, Waktu Penyimpanan Bisa Pengaruhi Tidur dan Imunitas Bayi
Terobosan Baru! Saraf Tulang Belakang Buatan di Lab Bisa Jadi Kunci Sembuhkan Kelumpuhan
Kehilangan Indra Penciuman Bisa Jadi Tanda Awal Alzheimer, Studi Ungkap Fakta Mengejutkan
Pemakaian Pemanis Buatan Ternyata Bisa Percepat Penuaan Otak
Leave a comment