Terungkap! Penyakit Usus Kronis Bisa Picu Pembekuan Darah Mematikan, Ini Penemuan Obat Barunya

26 Agustus 2025 17:48
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penyakit ini menyakitkan, jumlah penderitanya terus meningkat, dan hingga kini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan.

Sahabat.com - Penyakit radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD) adalah kondisi kronis yang terjadi ketika sistem imun menyerang saluran pencernaan. 

Penyakit ini menyakitkan, jumlah penderitanya terus meningkat, dan hingga kini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan. 

Lebih dari tiga juta orang di Amerika hidup dengan IBD, dan hingga 8% di antaranya berisiko mengalami pembekuan darah berbahaya yang dapat memicu serangan jantung maupun stroke.

Penelitian terbaru dari University of Utah Health akhirnya mengungkap alasan mengapa proses pembekuan darah tidak normal pada penderita IBD, sekaligus menemukan potensi obat yang bisa menormalkannya. 

Menurut Aaron Petrey, PhD, asisten profesor mikrobiologi dan imunologi, “Kami pikir temuan ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi peradangan sekaligus menurunkan risiko pembekuan darah. Ini berpotensi menyelamatkan nyawa.”

Biasanya, sel darah bernama trombosit hanya membentuk gumpalan saat ada luka untuk menghentikan pendarahan. Namun, pada penderita IBD, trombosit seolah terlalu sensitif dan mudah sekali membeku bahkan tanpa alasan jelas. 

Peneliti menemukan bahwa hal ini terjadi karena kadar protein penting bernama layilin jauh lebih rendah pada penderita IBD. Layilin berfungsi sebagai “rem molekuler” yang mencegah trombosit menggumpal sebelum waktunya. 

Saat gen layilin dihapus pada tikus percobaan, trombosit menjadi lebih lengket dan mudah membeku meski pembuluh darah sehat.

Kabar baiknya, ada molekul lain bernama Rac1 yang ternyata bisa dikendalikan dengan obat. Rac1 biasanya memicu trombosit untuk lebih aktif, dan pada pasien IBD aktivitas Rac1 terlalu tinggi. Peneliti mencoba obat penghambat Rac1 yang sudah diuji untuk penyakit lain, dan hasilnya sangat menjanjikan. 

Obat ini mampu mengurangi penggumpalan darah berlebihan pada trombosit pasien IBD, sekaligus menurunkan kerusakan jaringan usus pada model hewan.

Rebecca Mellema, PhD, penulis utama penelitian, menjelaskan, “Kami menunjukkan bahwa trombosit pasien IBD dalam kondisi normal sebenarnya sudah terlalu aktif, tetapi mereka juga sangat responsif terhadap pengobatan, bahkan lebih sensitif dibanding orang sehat.”

Normalisasi Rac1 diyakini tidak hanya menurunkan risiko serangan jantung dan stroke, tetapi juga dapat meredakan gejala harian IBD. Pembekuan darah yang berlebihan bisa menyumbat aliran darah di usus dan memperburuk peradangan, sehingga menurunkannya bisa membantu meringankan kondisi pasien. 

Berbeda dengan obat anti-pembekuan darah konvensional, penghambat Rac1 tidak meningkatkan risiko perdarahan serius, karena masih memungkinkan trombosit bekerja normal saat tubuh benar-benar membutuhkan.

Petrey menegaskan, “Kami menargetkan jalur yang tidak aktif pada orang sehat. Jadi, jika ada cedera serius, trombosit tetap bisa bekerja. Perhatian lebih pada risiko pembekuan darah ini bisa sangat meningkatkan kualitas hidup pasien.”

Penemuan ini membuka peluang besar bagi pengembangan terapi baru IBD di masa depan. Selain menurunkan risiko komplikasi berbahaya, obat ini bisa membawa harapan baru untuk pasien yang selama ini harus hidup dengan penyakit kronis yang sulit diprediksi.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment