Tubuh Anda Ternyata Dapat Menyerap Vitamin Langsung dari Udara

19 November 2024 16:07
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Setiap hari, kita menghirup sekitar 9.000 liter udara, atau sekitar 438 juta liter sepanjang hidup. Berbeda dengan makan yang hanya dilakukan beberapa kali sehari, pernapasan adalah aktivitas yang berlangsung terus-menerus.

Sahabat.com - Selama ini, kita menganggap bahwa nutrisi hanya bisa didapatkan dari makanan. Namun, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa manusia ternyata juga dapat menyerap sejumlah nutrisi dari udara. Dalam artikel terbaru yang diterbitkan di Advances in Nutrition, peneliti memperkenalkan istilah "aeronutrien" untuk menggambarkan nutrisi yang bisa diserap melalui pernapasan, berbeda dengan "gastronutrien" yang diserap oleh sistem pencernaan.

Penelitian ini mengusulkan bahwa pernapasan dapat melengkapi pola makan kita dengan nutrisi esensial seperti yodium, seng, mangan, dan beberapa jenis vitamin. Temuan ini didukung oleh data ilmiah yang telah dipublikasikan, meskipun belum banyak diketahui oleh publik.

Pernapasan Adalah Proses yang Terus Berlangsung

Setiap hari, kita menghirup sekitar 9.000 liter udara, atau sekitar 438 juta liter sepanjang hidup. Berbeda dengan makan yang hanya dilakukan beberapa kali sehari, pernapasan adalah aktivitas yang berlangsung terus-menerus. Paparan kita terhadap komponen-komponen udara, meskipun dalam konsentrasi yang sangat kecil, akan terakumulasi seiring waktu.

Selama ini, sebagian besar penelitian terkait kesehatan udara berfokus pada polusi, dengan tujuan untuk menyaring elemen-elemen berbahaya, bukannya mencari manfaat dari komponen udara yang dapat menguntungkan. Selain itu, karena setiap tarikan napas mengandung jumlah nutrisi yang sangat kecil, efeknya sering dianggap tidak signifikan.

Namun, selama ribuan tahun, berbagai budaya telah menganggap udara segar dan alam sebagai sumber kesehatan. Konsep aeronutrien ini memberikan dasar ilmiah bagi pandangan tersebut. Sebagai contoh, oksigen secara teknis adalah nutrisi – zat kimia yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan fungsi dasar. Meski begitu, kita jarang menyebutnya sebagai nutrisi karena kita menghirupnya, bukan memakannya.

Bagaimana Aeronutrien Bekerja?

Aeronutrien masuk ke tubuh melalui jaringan pembuluh darah kecil di hidung, paru-paru, epitelium olfaktori (area tempat bau terdeteksi), dan orofaring (bagian belakang tenggorokan). Paru-paru memiliki kemampuan untuk menyerap molekul yang lebih besar dibandingkan usus – sekitar 260 kali lebih besar. Molekul-molekul ini diserap utuh ke dalam aliran darah dan otak.

Obat-obatan yang dapat dihirup, seperti kokain, nikotin, dan anestesi, dapat langsung masuk ke tubuh dalam hitungan detik. Efeknya bahkan terasa pada konsentrasi yang jauh lebih rendah dibandingkan jika dikonsumsi secara oral. Sebagai perbandingan, usus mencerna zat-zat tersebut menjadi bagian terkecil dengan bantuan enzim dan asam, yang kemudian dimetabolisme dan didetoksifikasi oleh hati.

Usus sangat efektif dalam menyerap pati, gula, dan asam amino, namun kurang efisien dalam menyerap beberapa jenis obat. Bahkan, para ilmuwan terus berupaya meningkatkan obat-obatan agar lebih mudah diserap melalui mulut.

Bukti Sudah Ada Sejak Lama

Banyak ide ilmiah yang kini kita anggap jelas ternyata sudah ada sejak lama. Penelitian pada tahun 1960-an menemukan bahwa pekerja laundry yang terpapar yodium di udara memiliki kadar yodium yang lebih tinggi dalam darah dan urine mereka.

Penelitian lebih baru di Irlandia menunjukkan bahwa anak-anak sekolah yang tinggal di dekat kawasan pantai yang kaya akan rumput laut, yang memiliki kadar gas yodium lebih tinggi, memiliki lebih banyak yodium dalam urine mereka dan lebih kecil kemungkinannya mengalami kekurangan yodium dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal di daerah pantai dengan rumput laut lebih sedikit atau di daerah pedesaan. Tidak ada perbedaan pada konsumsi yodium mereka.

Penelitian ini menunjukkan bahwa yodium yang terdapat di udara – terutama di daerah dengan banyak rumput laut – dapat membantu melengkapi asupan yodium dalam diet. Ini menjadikannya aeronutrien yang mungkin diserap tubuh melalui pernapasan.

Mangan dan seng, misalnya, dapat masuk ke otak melalui neuron yang mendeteksi bau di hidung. Mangan adalah nutrisi esensial, namun jika terkandung dalam jumlah berlebihan, dapat merusak otak, seperti yang terlihat pada tukang las yang terpapar mangan dalam jumlah tinggi melalui udara.

Silia (struktur mirip rambut) di sistem olfaktori dan pernapasan memiliki reseptor khusus yang dapat mengikat berbagai jenis aeronutrien lain, seperti kolin, vitamin C, kalsium, mangan, magnesium, besi, hingga asam amino.

Penelitian yang diterbitkan lebih dari 70 tahun yang lalu menunjukkan bahwa vitamin B12 aerosol dapat mengatasi kekurangan vitamin B12, yang sangat penting bagi kelompok rentan seperti vegan, lansia, penderita diabetes, dan orang yang mengonsumsi alkohol berlebihan.

Apa Selanjutnya Jika Kita Menerima Konsep Aeronutrien?

Meski bukti ini menarik, masih banyak yang perlu diteliti lebih lanjut. Pertama-tama, kita perlu mengetahui komponen udara apa saja yang bermanfaat bagi kesehatan di lingkungan alami seperti ruang terbuka hijau, hutan, laut, dan pegunungan. Hingga saat ini, penelitian lebih banyak berfokus pada polutan, partikel, dan alergen seperti serbuk sari.

Selanjutnya, kita perlu menentukan komponen mana saja yang bisa dikategorikan sebagai aeronutrien. Mengingat vitamin B12 dalam bentuk aerosol sudah terbukti aman dan efektif, penelitian lebih lanjut bisa mengeksplorasi apakah mengubah mikronutrien lain, seperti vitamin D, menjadi aerosol dapat membantu mengatasi kekurangan nutrisi yang meluas.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari aeronutrien ini dalam eksperimen terkontrol guna menentukan dosis, keamanan, dan kontribusinya terhadap pola makan. Ini sangat relevan di tempat-tempat dengan udara yang sangat terfilter, seperti pesawat terbang, rumah sakit, kapal selam, hingga stasiun luar angkasa.

Mungkin suatu hari kita akan menemukan bahwa aeronutrien dapat membantu mencegah beberapa penyakit modern akibat urbanisasi. Bisa jadi, panduan gizi di masa depan akan merekomendasikan pernapasan untuk mendapatkan nutrisi, atau kita akan menghabiskan cukup banyak waktu di alam untuk memperoleh aeronutrien, selain mengonsumsi makanan sehat dan seimbang.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment