Waktu dan Musim Pengaruhi Hasil Tes Asma

12 Maret 2025 11:17
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Asma adalah kondisi umum pada paru-paru yang dapat menyebabkan sesak napas dan mengi, yang kadang-kadang bisa sangat parah. Sekitar 6,5% orang yang berusia di atas enam tahun di Inggris mengalami kondisi ini.

Sahabat.com - Peneliti dari Universitas Cambridge menemukan bahwa tes fungsi paru-paru yang digunakan untuk membantu mendiagnosis asma bekerja lebih baik di pagi hari dan menjadi kurang akurat seiring berjalannya waktu. 

Penemuan ini berasal dari data dunia nyata yang dikumpulkan dari 1.600 pasien, yang diakses melalui basis data yang dibangun untuk mempercepat penelitian dan inovasi medis. 

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa reliabilitas tes tersebut berbeda secara signifikan antara musim dingin dan musim gugur.

Asma adalah kondisi umum pada paru-paru yang dapat menyebabkan sesak napas dan mengi, yang kadang-kadang bisa sangat parah. Sekitar 6,5% orang yang berusia di atas enam tahun di Inggris mengalami kondisi ini. 

Pengobatannya mencakup penggunaan inhaler atau nebuliser untuk mengantarkan obat ke dalam paru-paru.
Serangan asma umumnya terjadi pada malam hari atau pagi hari. 

Meskipun ini sebagian disebabkan oleh udara malam yang lebih dingin serta paparan debu dan alergen, hal ini juga menunjukkan bahwa ritme sirkadian, atau jam biologis tubuh kita, berperan penting.

Peneliti di Victor Phillip Dahdaleh Heart and Lung Research Institute, yang merupakan kerja sama antara Universitas Cambridge dan Royal Papworth Hospital NHS Foundation Trust, berusaha mengeksplorasi apakah ritme sirkadian ini juga mempengaruhi kemampuan kita untuk mendiagnosis asma menggunakan tes klinis rutin.

Biasanya, pasien yang diduga mengidap asma akan menjalani tes spirometri, yang melibatkan pernapasan dalam-dalam diikuti dengan menghembuskan napas keras dan cepat ke dalam tabung untuk menilai fungsi paru-paru. 

Setelah itu, pasien akan diberikan salbutamol melalui inhaler atau nebuliser, kemudian tes spirometri dilakukan lagi. Jika hasil tes menunjukkan perbedaan yang signifikan, ini menandakan bahwa saluran napas pasien lebih sempit atau tersumbat, yang mengindikasikan kemungkinan asma.

Peneliti di Cambridge menggunakan basis data Electronic Patient Record Research and Innovation (ERIN) untuk menganalisis data dari 1.600 pasien yang dirujuk ke Cambridge University Hospitals NHS Foundation Trust antara 2016 hingga 2023. 

Analisis ini disesuaikan dengan faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (BMI), riwayat merokok, serta tingkat keparahan gangguan fungsi paru-paru awal.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Thorax menunjukkan bahwa mulai pukul 8.30 pagi, setiap jam yang berlalu selama hari kerja, kemungkinan hasil tes yang positif – yang berarti respons paru-paru terhadap pengobatan menunjukkan kemungkinan asma – menurun sebesar 8%. 

Penurunan ini mengungkapkan bahwa melakukan tes di pagi hari memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai respons pasien terhadap pengobatan, dibandingkan dengan tes yang dilakukan pada sore hari.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa individu memiliki kemungkinan 33% lebih rendah untuk mendapatkan hasil positif jika diuji pada musim gugur dibandingkan dengan mereka yang diuji pada musim dingin.

Dr. Akhilesh Jha, seorang ilmuwan dari Medical Research Council di Universitas Cambridge, menjelaskan bahwa perbedaan ini kemungkinan dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk ritme alami tubuh kita. Menurut Jha, hormon-hormon tubuh dan sistem kekebalan kita berfluktuasi sepanjang hari, yang dapat memengaruhi respons tubuh terhadap tes fungsi paru-paru.

Penemuan ini dapat membawa implikasi penting, karena menunjukkan bahwa waktu dan musim bisa memengaruhi cara kita merespons tes asma dan pengobatannya, yang perlu dipertimbangkan dalam menafsirkan hasil tes yang sering dilakukan.

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment