Berani Tahu Risiko Alzheimer Sejak Dini? Ternyata Banyak yang Langsung Mundur Saat Diberi Kesempatan!

03 Juli 2025 14:01
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Penelitian terbaru dari Washington University School of Medicine membongkar sisi emosional dan etis di balik keputusan ini, dan hasilnya cukup mengejutkan.

Sahabat.com - Mungkin kamu pernah berpikir, "Kalau bisa tahu lebih awal soal risiko Alzheimer, kenapa nggak?" Tapi ternyata, ketika benar-benar diberi pilihan, banyak orang justru memilih tidak ingin tahu. 

Penelitian terbaru dari Washington University School of Medicine membongkar sisi emosional dan etis di balik keputusan ini, dan hasilnya cukup mengejutkan.

Dalam studi ini, para peneliti menawarkan kesempatan langka bagi para relawan sehat untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan mereka akan mengalami demensia Alzheimer dalam lima tahun ke depan. Bayangkan saja, kamu bisa tahu sekarang, apakah otakmu punya potensi untuk menurun drastis dalam waktu dekat—tapi tidak semua orang siap menerima kenyataan seperti itu.

Jessica Mozersky, PhD, salah satu peneliti utama, bilang, “Sekarang ini memang ada kecenderungan untuk membagikan hasil tes kepada partisipan penelitian, bahkan kalau belum ada tindakan medis yang bisa diambil. Tapi dalam kasus seperti Alzheimer, orang seharusnya punya hak untuk memilih tidak tahu.”

Awalnya, sebagian besar peserta mengatakan mereka ingin tahu hasil risikonya. Tapi ketika ditawari sungguh-sungguh, hanya sekitar 60% yang mengambil kesempatan itu. Sisanya menolak, dengan alasan yang sangat manusiawi—tidak mau menambah beban pikiran keluarga, merasa sehat-sehat saja, atau merasa sudah siap secara mental kalau nanti terkena. 

Bahkan ada yang berkata, “Kalau belum ada obatnya, ngapain tahu duluan?”

Hal menarik lainnya, mereka yang punya riwayat keluarga Alzheimer atau berasal dari komunitas kulit hitam cenderung lebih banyak memilih untuk tidak tahu. Banyak juga yang merasa bahwa tahu hasilnya malah akan bikin stres dan khawatir berlebihan, apalagi karena hasil biomarker ini belum tentu 100% akurat dan belum bisa jadi dasar tindakan medis yang pasti.

Meskipun informasi ini hanya tersedia dalam konteks penelitian dan tidak dicatat dalam rekam medis peserta, tetap saja ada rasa was-was dari mereka yang merasa informasi ini terlalu berat untuk ditanggung. Mozersky dan timnya terus menggali lebih dalam soal bagaimana sebaiknya hasil seperti ini disampaikan, agar tetap menghargai keputusan dan kesiapan setiap individu.

So, kalau kamu diberi pilihan untuk tahu apakah kamu berisiko Alzheimer dalam waktu dekat, kamu akan bilang “ya” atau justru bilang “terima kasih, tapi nggak dulu”?

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment