Sering Keracunan Makanan Saat Musim Panas? Ini Alasan Mengejutkannya dan Cara Cegahnya!

03 Juli 2025 11:47
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Menurut data, kasus penyakit akibat makanan tercemar bisa 10 kali lebih sering terjadi di musim panas dibandingkan musim dingin. Dan mungkin tanpa sadar, kita semua pernah membuat kesalahan yang bikin makanan jadi ladang bakteri! Penyebabnya ternyata cukup masuk akal. Cuaca panas dan lembap adalah surga bagi bakteri seperti Salmonella dan Listeria untuk berkembang biak.

Sahabat.com - Musim panas memang identik dengan acara seru seperti pesta kebun, piknik, dan barbeque. Tapi sayangnya, musim panas juga membawa satu ‘bonus’ yang nggak diundang: risiko keracunan makanan yang meningkat drastis! 

Menurut data, kasus penyakit akibat makanan tercemar bisa 10 kali lebih sering terjadi di musim panas dibandingkan musim dingin. Dan mungkin tanpa sadar, kita semua pernah membuat kesalahan yang bikin makanan jadi ladang bakteri!
Penyebabnya ternyata cukup masuk akal. Cuaca panas dan lembap adalah surga bagi bakteri seperti Salmonella dan Listeria untuk berkembang biak. 

Bryan Quoc Le, PhD, seorang konsultan ilmu pangan, menjelaskan kalau suhu tinggi membuat bakteri lebih cepat berkembang. 

"Kelembapan ekstra di musim panas juga ikut memperparah," katanya.

Nggak cuma suhu, gaya masak kita saat musim panas juga bikin risiko makin besar. Banyak dari kita yang jadi lebih santai soal kebersihan saat makan di luar ruangan. 

Julie Parsonnet, MD dari Stanford University bilang, “Makanan yang dipanggang seringkali terlihat matang di luar, tapi ternyata masih mentah di dalam. Ini jelas meningkatkan risiko keracunan.”

Salah satu kesalahan terbesar? Menyimpan makanan terlalu lama di suhu ruang, apalagi di luar ruangan. 

Janet Buffer dari George Washington University mengingatkan, “Bakteri bisa berkembang sangat cepat di suhu antara 4°C sampai 60°C—yang disebut zona bahaya.” 

Jadi, pastikan makanan panas tetap panas dan makanan dingin tetap dingin. Misalnya, daging matang bisa disimpan di sisi panggangan yang masih hangat, dan makanan dingin sebaiknya diletakkan di atas es. 

Kalau cuaca sedang sangat panas (lebih dari 32°C), buang makanan yang sudah dibiarkan di luar lebih dari satu jam.
Hal lain yang sering dilupakan? Kebersihan tangan dan alat masak. Di luar ruangan, akses ke air dan sabun memang terbatas, tapi bukan berarti kita boleh abai. 

"E. coli dari daging mentah bisa saja pindah ke irisan tomat hanya karena kita lupa cuci tangan atau memakai alat yang sama," kata Le. 

Solusinya? Pastikan semua peralatan dan tangan dibersihkan, terutama setelah menyentuh daging mentah. Gunakan talenan berbeda untuk daging dan sayur, dan jangan lupa simpan makanan matang terpisah dari yang mentah di dalam kulkas.

Kalau sudah terlanjur keracunan, gejalanya biasanya berupa diare, mual, muntah, kram perut, atau demam ringan. Sebagian besar orang akan pulih dalam beberapa hari, tapi kelompok seperti anak kecil, lansia, ibu hamil, dan orang dengan daya tahan tubuh lemah lebih rentan mengalami gejala berat. 

“Kalau kamu mengalami muntah terus-menerus, sulit minum, pusing, atau belum membaik dalam 2-3 hari, segera cari bantuan medis,” kata Parsonnet. 

Yang paling penting, tetap terhidrasi dengan minuman yang mengandung air dan elektrolit, seperti kaldu bening atau jus apel encer.

Jadi, sahabat, musim panas tetap bisa jadi waktu yang menyenangkan tanpa drama perut melilit. Kuncinya: lebih waspada soal cara memasak, menyimpan, dan menjaga kebersihan. Nikmati acaranya, tapi jangan sampai pulang dengan bonus keracunan makanan, ya!

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment