Kurang Tidur di Usia Dini Tingkatkan Risiko Autisme

24 Oktober 2024 12:13
Penulis: Alamsyah, lifestyle
Tidur memegang peran penting sejak bayi, ketika otak sedang membentuk sinapsis—ujung-ujung neuron yang krusial untuk pembelajaran, perhatian, dan memori.

Sahabat.com - Kurang tidur pada orang dewasa telah terbukti menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental dan fisik jangka panjang, seperti melemahnya sistem kekebalan tubuh, penambahan berat badan, depresi, dan peningkatan risiko demensia. Namun, dampak kurang tidur pada anak-anak, terutama dalam konteks perkembangan otak, masih perlu dieksplorasi lebih jauh.

Peran Tidur dalam Perkembangan Otak

Tidur memegang peran penting sejak bayi, ketika otak sedang membentuk sinapsis—ujung-ujung neuron yang krusial untuk pembelajaran, perhatian, dan memori. Proses ini memungkinkan neuron-neuron saling terhubung dan membentuk fungsi otak yang akan berlangsung seumur hidup. Gangguan pada proses ini, baik karena kurang tidur atau kecemasan, dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan otak dan perilaku.

Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh Sean Gay, mahasiswa pascasarjana di laboratorium Graham Diering, PhD, di Departemen Biologi Sel dan Fisiologi Fakultas Kedokteran UNC, mengungkapkan bagaimana kurang tidur selama masa awal kehidupan dapat meningkatkan risiko gangguan spektrum autisme (ASD). Temuan ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Hubungan antara Gangguan Tidur dan Autisme

Masalah tidur sering menjadi indikator awal gangguan perkembangan saraf, termasuk ASD dan ADHD. Gangguan tidur diketahui terjadi pada lebih dari 80% penderita ASD, tetapi hubungan apakah gangguan tidur menjadi penyebab atau akibat dari ASD masih belum jelas.

Diering telah mempelajari bagaimana tidur memperkuat sinapsis melalui proses yang disebut plastisitas sinaptik. Memahami hubungan antara tidur dan ASD dapat membantu diagnosis lebih awal dan pengembangan strategi pengobatan baru.

Studi sebelumnya di laboratoriumnya menunjukkan bahwa gangguan tidur pada minggu ketiga kehidupan tikus, setara dengan usia 1-2 tahun pada manusia, menyebabkan defisit jangka panjang dalam perilaku sosial pada tikus jantan yang rentan terhadap ASD.

Penelitian tentang Pemulihan Tidur

Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui bagaimana tikus dewasa dan muda mengompensasi kehilangan tidur. Dengan menggunakan rumah tikus yang dilengkapi sensor canggih, para peneliti melacak aktivitas tidur dan bangun tikus. Hasilnya menunjukkan bahwa tikus dewasa yang kehilangan waktu tidur mampu mengompensasinya dengan tidur lebih lama di kemudian hari, suatu fenomena yang disebut "sleep rebound". Sebaliknya, tikus muda tidak dapat tidur nyenyak, mengonfirmasi hipotesis bahwa mereka lebih rentan terhadap dampak buruk kurang tidur.

Penelitian juga mengamati dampak kurang tidur pada sinapsis neuron, yang penting untuk komunikasi antar neuron dan penyimpanan memori. Analisis molekuler menunjukkan bahwa kurang tidur sangat memengaruhi pembentukan sinapsis pada tikus muda, sementara dampaknya pada tikus dewasa jauh lebih kecil.

Implikasi untuk Terapi Masa Depan

Misi lab Diering adalah mengembangkan obat berbasis tidur untuk anak-anak yang dapat meningkatkan fungsi tidur tanpa mengubah perilaku tidur secara langsung. "Perkembangan bukanlah sesuatu yang bisa diulang kembali," kata Diering. 

"Tidur penting untuk seluruh kehidupan, terutama selama masa perkembangan. Memahami masalah tidur pada ASD dapat membuka jalur terapi baru untuk mengobati kondisi ini dan gangguan perkembangan lainnya."
 

0 Komentar

Berita Terkait

Leave a comment